Rabu, 17 Juni 2015

Marxisme dan Gerakan Buruh Di Indonesia

Oleh: Muhammad Aufal Fresky

Tanggal 1 Mei kemaren, media massa Indonesia di hebohkan mengenai aksi buruh di berbagai macam kota kota besar tanah air yang menuntut kenaikan upah. Aksi tersebut tersebar dimana mana, mulai dari ibu kota Jakarta, Surabaya, Sidoarjo dan lain semacamnya. Mereka menuntut penghapusan sistem outsourcing, menuntut upah mereka dinaikkan dengan berbagai alasan salah satunya adalah karena kebutuhan akan bahan-bahan pokok yang semakin meningkat hingga menuntut kesejahteraan mereka ditingkatkan. Jika kita berbicara mengenai peningkatan kesejahteraan buruh hal tersebut berarti tidak terlepas peran serta pengusaha dan regulasi pemerintah yang mengaturnya lewat UMR (Upah Minimum Regional). Untuk mencegah pemberian upah yang tidak wajar sebenarnya pemerintah telah mengeluarkan peraturan penetapan upah minimum regional di setiap kota, namun hal tersebut dirasa kurang memenuhi kebutuhan hidup para buruh, oleh karena itu mereka sadar akan hak-hak mereka untuk memperoleh kesejahteraan dengan cara menuntut lewat cara demonstrasi.
Jika kita telusuri lebih jauh lagi pertentangan antara buruh dengan para pengusaha merupakan sebuah realitas sosial yang benar-benar terjadi di tengah masyarakat kita.Hal tersebut telah disampaikan oleh seorang tokoh Sosialis kelahiran Jerman yang bernama Karl Marx (1818-1883) lewat teori pertentangan kelas dalam sebuah buku  manifesto komunis yang digagas olehnya. Dia mengatakan bahwasanya pertentangan antar kelas sudah terjadi sejak zaman kuno yaitu antara tuan tanah sebagai pemilik lahan dan hamba sahaya yang menggarap tanahnya, hal tersebut berlangsung hingga sekarang di zaman modern yaiu antara pemilik faktor-faktor produksi dengan para buruh yang hanya bisa menjual tenaga kerja untuk para majikan. Untuk lebih lanjutnya Karl Marx memberi nama kapitalis atau golongan borjuis kepada mereka yang mempunyai alat-alat produksi dan golongan proletar bagi kaum buruh.
Selain itu teori Marx yang lainnya yaitu mengenai teori surplus value dan penindasan buruh. Teori tersebut menjelaskan bahwasanya upah alami/natural wage yang diterima oleh buruh hanya cukup untuh memenuhi kebutuhan yang pokok-pokok saja dengan kata lain hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saja atau bisa kita sebut penyambung hidup secara subsisten. Di dalam teori tersebut dijelasakan bahwasanya jumlah upah yang diterima oleh buruh lebih rendah daripada nilai  dari hasil kerja yang diberikan buruh kepada sebuah perusahaan/pabrik. Kelebihan nilai produktivitas kerja buruh atas upah alami yang diterimanya tersebut oleh Karl Marx disebut surplus value atau nilai lebih. Surplus Value tersebut dinikmati oleh golongan kapitalis/pemilik modal. Semakin kecil upah alami yang diterima oleh buruh maka semakin besar pula nilai surplus yang diterima para kapitalis dan hal tersebut berarti mempunyai makna semakin tinggi eksploitasi  atau pengisapan terhadap golongan proletariat/buruh.Marx juga menjelaskan mengenai nilai suatu komoditas melalui sebuah rumus yaitu C=c+v+s, dimana C adalah komoditas, c adalah modal tetap atau biaya labor tak langsung yang merujuk pada pengeluaran-pengeluaran untuk pabrik,mesin dan peralatan, inventory, pengeluaran untuk materials, v adalah modal variabel atau biaya labor langsung yaitu biaya-biaya buruh dan s adalah laba atau nilai surplus. Jadi nilai suatu komoditas adalah penjumlahan biaya labor tidak langsung (c), biaya labor langsung(v), dan laba atau nilaii surplus(s). Suatu hal yang membuat berbeda antara labor dan faktor-faktor produksi lainnya (tanah,teknologi,dll) adalah para kapitalis bisa memaksakan kehendaknya kepada para buruh agar nilai produktivitas kerja yang dihasilkan melebihi nilai sesuungguhnya dari sebuah komoditas. Tingkat eksploitasi buruh juga dapat dirumuskan dengan  s`= s/v dimana s` adalah tingkat eksploitasi.
Karl Marx meramalkan bahwa suatu saat nanti sitem kapitalime yang digagas oleh kaum klasik akan hancur dengan sendirinya oleh karena keberhasilan yang dicapai oleh sistem tersebut. Dia menyebut sistem kapitalis memiliki daya self destruction, yaitu suatu daya dari dalam yang akan mengahncurkan sistem liberal itu sendiri. Dari sekian banyak gagasan yang dikemukakan oleh Karx Marx ada suatu gagasan yaitu mengenai Dialektika Materialisme Historis, konsep tersebut intinya menyebutkan bahwa kaum proletariat di seluruh negri harus bersatu untuk merebut kekuasaan politik untuk mengubah sistem Liberal ke sistem sosialis atau komunis, dan yang memimpin gerakan revolusioner tersebut adalah golongan proletariat itu sendiri. Berdasarkan dialektika materialisme sejarah tersebut disebutkan bahwa Marx percaya bahwa kekuatan-kekuatan ekonomi yang disebutnya kekuatan produktif sangat menentukan hubungan-hubungan produksi, pasar, masyarakat dan bahkan termasuk “suprastruktur” : (ideologi, falsafah, hukum,sosial, budaya, agama, kesenian dan sebagainya).
Berbagai ide Karl Marx  tersebut disebut dengan Marxisme, yaitu paham tentang berbagai macam bentuk, struktur, tatanan sosial dan semacamnya yang mengacu pada pandangan-pandangan Karx Marx. Dari berbagai macam ide karl Marx di atas marilah kita hubungkan denga realitas kesejahteraan buruh di Indonesia. Buruh di negeri ini ibarat suatu urat nadi bagi perekonomian nasional, logikanya adalah sebagian besar komoditas yang kita makan adalah hasil kerja mereka, jika seluruh buruh di tanah air melakukan pemogokan nasional secara serentak tidak bisa kita bayangkan apakah bahan-bahan pokok itu bisa negara sediakan untuk kita. Aksi-aksi buruh yang terjadi akhir-akhir ini membuktikan bahwa mereka ingin hidup lebih sejahtera lagi mengingat kebutuhan yang sangat beragam, namun perlu diperhatikan hubungan konsep marxisme dengan gerakan buruh di Indonesia tidak terlalu erat karena konsep yang digagas Karl Marx menghendaki sebuah perubahan secara revoluioner dan mengganti sistem yang ada baik itu sistem politik, ekonomi, sosial maupun budaya agar sesuai dengan gagasan komunisme yaitu negara dipimpin oleh proletariat dan ideologi negara haruslah diganti dengan komunisme, bahkan disebutkan dalam sebuah bukunya “DAS KAPITAL” bahwa Marxisme adalah sebuah paham yang tidak mengenal agama karena di dalamnya Marx menyebutkan bahwa agama adalah candu masyarakat artinya agama adalah semacam suatu pelarian dari masyarakat atas ketidakmampuannya mencapai kesejahteraan dalam perekonomian, jadi menurut Marx agama adalah semacam sebuah penghambat bagi masyarakat untuk mencapai sebuah kemakmuran, hal tersebut tidak luput dari pandangan Marx yang hanya berpusat pada materi. Di sini bisa kita ketahui bahwa gerakan buruh di Indonesia tidak akan pernah bisa mencapai titik sempurna jika berlandaskan pada Marxisme mengingat realitas negri ini yang mempunyai Falsafah dan ideologi sendiri yaitu Pancasila. Indonesia juga merupakan salah satu negara dimana masyarakatnya sangat religius dan mengakui akan keberadaan Tuhan yang maha Esa.
Berbicara mengenai pergerakan buruh maka tiada bisa dipungkiri dengan suatu pertentangan antara kedua  belah pihak, pihak buruh mempunyai beberapa tuntutan sedangkan para pengusaha berusaha agar tuntutan dari buruh tidak sampai merugikan perusahaannya, karena para pengusaha mempunyai prinsip ekonomi yaitu berusaha untuk memaximumkan profit dan meminimumkan biaya (cost)
,biaya di sini meliputi banyak hal sepeti biaya material, biaya depresiasi, biaya buruh dan semacamnya. Kembali lagi ke masalah pergerakan buruh tadi, suatu pergerakan bisa terjadi dengan adanya beberap tujuan bersama yang hendak dicapai oleh satu kelompok. Pergerakan buruh di tanah air lebih bersifat kompromis, artinya mereka menentut kepada pemangku kekuasaan agar memperhatikan segala jenis kebutuhannya, berbeda dengan konsep yang di gagas oleh Marx yang berupaya agar kaum buruh/proletariat bersatu lalu melakukan pemberontakan untuk melawan kapitalisme dan mendirikan suatu bentuk pemerintahan baru sesuai dengan konsep Marxisme dimana negara di pimpin oleh golongan proletariat dan setiap masyarakat mendapat haknya dengan konsep “sama rasa sama rata”. Jadi inti dari gerakan Marxisme yaitu merubah pemerintahan yang berpihak kepada kapitalis serta merubah sistem yang ada entah itu sistem sosial, ekonomi maupn politik agar berpihak kepada kaum proletariat.
Jika dikaitkan dengan konteks Indonesia, pergerakan buruh dengan konsep tersebut sangat tidak baik, bahkan bisa mengancam keutuhan bangsa dan negara, karena intinya konsep tersebut pada akhirnya akan merubah ideologi dan sistem yang selama ini kita anut. Para buruh hanya bisa mengambil gagasan terbaik dari Marx yaitu tentang pemikirannya mengenai hak yang seharusnya buruh peroleh dari majikannya, dan membuang gagasan buru dari konsep tersebut yaitu mengenai sistem dan tatanan sosial yang yang hendak dirubah secara revolusioner.
Kesimpulannya adalah pergerakan buruh di tanah air merupakan hal yang wajar karena kita sekarang hidup di era demokrasi dimana setiap manusia berhak menyampaikan gagasannya secara lisan maupun tulisan kepada pemerintah sesuai prosedur dan tidak mengganggu kepentingan umum. Solusi yang bisa penulis berikan yaitu hendaknya pergerakan buruh di tanah air mempunyai konsep serta pedoman yang kuat, artinya segala aktivitas pergerakan mereka harus mempunyai nilai-nilai luhur yang menjadi patokan mereka, dan nilai-nilai tersebut ada pada sila ke 5 Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonosia.

Sumber refrensi : Bukunya Deliarnov “ Sejarah Pemikiran Ekonomi”

5 komentar:

  1. Tulisan yang menarik mas/pak Muhammad Aufal Fresky. Perlu sedikit diskusi mengenai marxistme = atheis .
    boleh baca
    http://indoprogress.com/2013/04/marxisme-dan-ateisme/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maf bru bls. Iy mas/pak saya juga sama2 bljr. Butuh bimbingan juga. Saya pernah buka artikel indoprogress. Isinya bagus2.

      Hapus
  2. Terima kasih mas/pak Fresky, tulisan yang cukup membuka mata. Melihat relevansi demo-demo buruh dengan apa yang dituliskan Karl Marx, mungkin kita atau pemerintah agaknya perlu mengkaji lebih dalam terkait surplus value, sebagai tambahan pegangan dalam penentuan UMR.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sbb. Iy mbk vinka. Sama2x. Bahan koreksi dan evaluasi bagi kita semua.

      Hapus
  3. tulisan yang bagus namun kembali lagi perlu diketahui bahwa dalam das kapital tidak ada satupun tulisan tentang agama adalah candu. perlu analisis yang lebih tajam lagi banyak yang kurang pas bahkan miss dalam tulisan ini.

    BalasHapus

Berkomentarlah dengan bijak dan bertanggung jawab.

Salam, Admin.