Minggu, 24 Juli 2016

BREXIT Dari Sudut Pandang Dr.Rossanto Dwi Handoyo, SE.,M.Si.

BREXIT Dari Sudut Pandang Dr.Rossanto Dwi Handoyo, SE.,M.Si.


Hasil gambar untuk brexit

Oleh: Tim Jurnalis Ekonomi Pembangunan

         Keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa menjadi berita hangat yang sering diperbincangkan akhir-akhir ini.Keputusan keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau yang biasa disebut BREXIT secara global menimbulkan pengaruh di bidang politik maupun ekonomi.Dari kejadian tersebut Dr.Rossanto Dwi Handoyo, SE.,M.Si. selaku dosen Ekonomi Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga memberikan pendapatnya.
          Menurut Dr.Rossanto Dwi Handoyo, SE.,M.Si. berdasar dari sudut pandang ilmu ekonomi, Uni Eropa ,merupakan salah satu bentuk integrasi  ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan pasar dan produksi di kawasan regional , dengan cara mengurangi hambatan tarif dan non tarif dalam barang maupun jasa , serta kebebasan arus  modal,tenaga kerja , dan sumber daya alam di antara negar-negara eropa.
             Tujuan awal  terbentuknya Uni Eropa berdasar model Mundell-Fleming apabila negara-negara yang tergabung dalam satu custom union memberikan kebebasan pada arus modal dan tenaga kerja , maka perekonomian dalam kawasan tersebut akan meningkat, karena terjadi economies of scale. Selain itu, harapan dari terbentuknya Uni Eropa termasuk meningkatkan trade creation di antara negara-negara anggotanya .Barang yang selama ini di impor dari luar eropa diharapkan bisa diproduksi sendiri , sehingga terjadi peningkatan welfare yang signifikan.Selain itu ada juga pandangan imbalance, dimana Uni Eropa ditujukan untuk mengimbangi amerika serikat agar perekonomian global seimbang.
            Sementara itu menurut Dr.Rossanto Dwi Handoyo, SE.,M.Si. ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya BREXIT.Yang pertama dorongan dari sisi ekonomi, dimana masyarakat inggris  keberatan dengan setoran 13 Milyar poundsterling ( 221,64 Triliun Rupiah ) dalam setahun, dengan dalih tidak pernah merasakan dampak lansung dari setoran tersebut.Hal ini dikarenakan pengeluara Uni eropa sangat besaruntuk membangun negara-negara kecil di eropa, serta untuk mengantisipasi resesi di antara negara-negara seperti PIGS ( Portugal, Ireland, Greece, Spain ) yang sedang mengalami krisis.
Sedangkan dorongan dari sisi non ekonomi , masyarakat Inggris yang sebagian besar orthodox dan konvensional berpandangan bahwa arus migrasi penduduk Eropa ke Inggris membawa perubahan sedikit banyak mempengaruhi budaya dan kondisi sosial.
              BREXIT sangat berdanpak pada perekonomian global dan Indonesia.Dampak awal dapat dilihat melalui dampak di UK ( Brritania Raya ) dan EU ( Uni Eropa )dulu, setelah itu baru dapat melihat dampaknya secara global. Di sisi UK banyak ekonom memperkirakan output ekonomi UK akanturun 1-3%, karena sekitar 50% dari total ekspor UK menuju Uni Eropa, serta mambarikan sumbangan sekitar 9% terhadap GDP UKserta menciptakan lapangan pekerjaan 2,3 juta penduduk. Pada sisi investasi , dalam 10 Tahun terakhir sekitar 20% dari total investaso do UK merupakan FDI dan FDI tersebut dominan berasal dari EU.Sementara dampak global BREXIT umumnya US akan  terkena imbas karena menguatnya dollar,serta Jepang yabg juga berperan sebagai save haven akan terkena dampak Yen yang menguat drastis. China yang sudah tidak bergantung pada ekspor hanya akan terkena efek minor.
Sedangkan di Indonesia sendii dampaknya tidak terlalu besar, dari sisi perdagangan dengan eropa hanya kurang dari 10%. Peluang merebut pangsa pasr UK dan EU juga kecil, mengingat produk mereka berteknologi tinggi dan capital intensive, dibandingkan dengan produk Indonesia yang mengandalkan natural resource.Sedangkan di sektor keuangan Indonesia akan menerima spill-over berupa xaptal inflow yang besar karena Indonesia merupakan salah satu emerging market yang menjanjikan suku bunga yang masih positif.Rupiah akan menguat karena hal ini. Namun harus diwaspadai bahwa ini adalah hot money yang sewaktu-waktui dapat keluar .Peningkatan rupiah disisi lain akan menurunkan daya sainng Indonesia di tingkat global.Hal ini bisa berdampak buruk pada APBN mengingat kita harus segera mnegerem defisit APBN dan current Account.Tidak ada "resep" Keynesian yang bisa mengatasi masalah ini , mengingat dampak utamanya berasal dari produktivitas yang rendah. -aj

           


0 comments:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak dan bertanggung jawab.

Salam, Admin.